Kuliah? Kapan Lagi!

Sumber gambar: Pinterest


Setelah tamat dari SMA/SMK tidak semua dari kita melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Nyatanya kesempatan terbuka lebar, namun himpitan ekonomi menghambat pergerakan. Beberapa dari temanku misalnya, mereka memutuskan untuk bekerja. Saat aku mendengarnya, sedih lah hati. Bukan karena nilai yang tidak mencukupi sebagai persyaratan masuk, melainkan karena keluarga mereka lebih membutuhkan mereka untuk bekerja, walau hati mereka sangat ingin kuliah seperti teman sebayanya. Aku merasa tertohok.

Saat itu aku sudah diterima di LPK setara D1, aku merasa iri dengan teman-teman yang berlari ke universitas negeri ataupun swasta untuk mencari gelar. Dalam hati aku berpikir, mereka punya gelar yang bisa dibanggakan dan wawasan yang lebih luas dibanding aku. Aku ini tidak ada apa-apanya. Namun Tuhan masih ingin membuka pandanganku, hari itu temanku bercerita tentang keinginannya untuk kuliah yang tidak bisa ia wujudkan.. Ia yang tidak berkesempatan kuliah tahun ini mempunyai mimpi yang sangat besar. Mengumpulkan uang untuk kuliah di kampus pariwisata dan pergi ke Jepang, sehingga ia bisa meniti kariernya disana dan juga membangun rumah untuk orang tuanya (mereka belum punya rumah sendiri saat ini). Ia bertekad untuk bekerja keras agar mimpi itu terwujud, aku bisa melihat keteguhan dimatanya. Ia membangun angannya ketika aku justru agak ogah-ogahan kuliah.

Dunia penerbangan merupakan dunia yang baru untukku. I got nothing about this. Hari-hari aku jalani dengan motto ‘Let it flow’. Aku datang, duduk, mendengarkan lalu pulang. Apakah ada yang menempel dipikiranku? Tidak ada. Tetapi aku mengingat kata-kata temanku itu, mimpi besarnya. Dia saja bisa punya mimpi, kenapa aku tidak? Aku bisa dikatakan lebih beruntung dari dia bisa mendapat kesempatan menempuh bangku pendidikan lagi. Saat ini kesempatan sudah di tangan, justru aku buang-buang bulan awal perkuliahan itu dengan penuh keacuhan. Sedikit-banyaknya itu membuka mata hati dan pikiranku.

“Tidak ada salahnya kuliah di LPK siap kerja, tidak apa tidak dapat gelar yang penting di dunia kerja kamu siap kerja. Kalau sudah bisa penghasilan sendiri, nanti kamu lanjutkan lagi kuliahmu.” Kalimat dari ibu yang juga aku ingat. Ada benarnya, sebab muara dari dunia pendidikan berujung pada dunia kerja pula. 

Lagipula wawasan bisa kita dapatkan darimana saja. Aku bisa tahu perkembangan dunia ini dengan membaca buku, bukan kuliah saja. Setahun, dua tahun, belum tentu aku mendapat kesempatan yang sama untuk kuliah dan bertemu dengan orang-orang yang Tuhan sudah tentukan untukku. Disini tekad, usaha, dan doa melancarkannya. Semua itu jadi bahan bakar utama untuk tetap fokus memanfaatkan apa yang aku punya sekarang ini. Apa yang ada di tangan patutnya aku pakai, jangan disia-siakan. Jalan lurus saja, tidak usah toleh kiri dan kanan. Kalau mau lihat ke atas, itu jadi pacuanku supaya tidak sombong dan berusaha meraih lebih dari apa yang aku punya sekarang. Melihat ke bawah, untuk besyukur bahwa aku telah hidup cukup. Intinya semua kesempatan yang datang, ambillah dan gunakan selagi dititipkan. Kita tidak tahu kapan kesempatan itu akan berlari seperti tiupan angin sore hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Power Within The Self

How Wonderful You Truly Are

Major Important Decisions In Life