Say HI!
Seperti yang kita tahu negara Indonesia dikenal di dunia
sebagai salah satu negara dengan warganya yang ramah. Kita harus bangga ya
karena citra positif yang terbangun di dunia internasional ini. Eits, meskipun begitu jangan salah,
sebab kita masih bisa menemukan orang yang jarang menyapa orang di lingkungan
sehari-hari. Ada? Ada.
Menyapa seseorang, kedengarannya seperti hal yang mudah
untuk dilakukan bukan? Sewaktu di masa sekolah kita pasti pernah diajarkan akan
budaya 3S, yaitu Senyum, Salam, Sapa entah itu pada guru, murid, atau pun warga
sekolah yang lainnya. Namun budaya ini masih jadi sekedar wacana saja yang
belum bisa dipraktekan oleh semua orang karena terbiasa.
Di era yang serba modern dan canggih ini pikiran kita
semakin terbuka akan banyak hal, tapi juga memberi dampak pada munculnya budaya
populer dimana individualitas semakin tinggi yang ditandai dengan adanya
kebutuhan individual space yang
semakin diakui. Sehingga menyapa seseorang dan berbicara basa-basi cenderung
dianggap sesuatu yang mengganggu batasan ruang individu tersebut. Sedihnya kini
kita semakin akrab dengan situasi tersebut, tak ayal banyak orang masih tak
mengenal nama tetangganya meskipun bersebelahan ataupun teman satu kelas yang
tak pernah menyapa, dan semuanya terasa wajar.
Jika dikatakan bahwa kita tak pernah menerima pendidikan
untuk bertegur sapa selama duduk di bangku sekolah, tentunya tidak sepenuhnya benar
karena saya pikir setidaknya sekali kita semua pernah mengonsumsi slogan 3S
itu. Kita paham itu adalah hal yang baik untuk dilakukan tapi tidak kita
lakukan karena kita tak terbiasa. Ya, belum terbiasa. Memulai sesuatu yang tak
biasa kita lakukan memang memiliki kesulitan tersendiri untuk kita
masing-masing. Apalagi bila tak dibiasakan sejak kecil, memulainya ketika sudah
dewasa membuatnya sedikit sulit. Sama seperti membuang sampah pada tempatnya,
kita tidak hanya tahu bahwa membuang sampah sembarangan pada selokan dapat
menyebabkan bencana alam berupa banjir, namun kita juga ikut berpartisipasi
dengan melakukannya langsung setiap hari dari kecil, sehingga menjadi kebiasaan
kita yang tertanam sampai kita besar. Hal tersebut membuat kita dapat
melakukannya tanpa rasa berat, begitu juga dengan menyapa seseorang, bila kita
sudah terbiasa maka tak akan merasa hal itu sebagai suatu yang berat untuk
dilakukan.
Kata “hai” memberi efek yang signifikan kepada
penerimanya. Mari lihat contoh nyata pada salah satu cerita saya. Dulu saat
saya masih SMP, saya harus mengambil pakaian seragam ke ruang sekretariat di gedung
SMA saya. Disitu saya tidak kenal siapapun dan rasanya cukup gugup untuk
bertemu orang baru. Ternyata disana dipenuhi oleh siswa siswi dari SMP lainnya,
kebetulan waktu menunggu antrian saya terdesak untuk duduk diantara orang yang
tidak saya kenal, sedangkan antrian saya masih agak lama. Saya yang orangnya
cenderung pendiam pun hanya diam saja memandangi sekitar, siswa di sebelah saya
berbicara dengan temannya yang lain, ingin ikut berbicara pun sudah dipunggungi
lebih dulu, alhasil saya jadi ikut-ikutan “acuh”. Mungkin kalau ada yang
memperhatikan wajah saya waktu itu, asam sekali. Haha, jangan ditiru ya. Kemudian
datang seorang teman yang satu SMP dengan saya, menyapa saya, wah kami langsung
mengobrol dong ya. Selang beberapa menit, teman saya ini penasaran atau
bagaimana, ia iseng menyapa siswa SMP lainnya itu. Tak saya duga mereka
langsung berbalik dan tersenyum, lalu mengobrol akrab. Ajaib! Saya kira mereka
orang-orang yang mengobrol membentuk kelompok (padahal saya juga), ternyata
mereka ramah bahkan mengajak saya bicara juga di sela perbincangan. Setelah itu
kami jadi saling bertukar senyum pada masa-masa MOS.
Begitulah dampak satu kata berupa “hi” itu, mungkin sederhana
tapi dapat memberi positif dalam hidup kita. Dengan menyapa kita melunturkan
ekspresi keras yang dibangun orang lain, membuat mereka melunak dan memberi
rasa rileks pada diri kita sendiri, sebab emosi itu sifatnya menular begitu
juga sebuah hi atau senyuman. Tinggal
memilih ingin menyebarkan emosi positif atau negatif di sekitar kita.
“A warm smile is
the universal languange of kindness.”
Terima kasih, Tuhan memberkati!
Sumber gambar: Pinterest
Sumber gambar: Pinterest

Komentar
Posting Komentar