Why Exploring is Important?
Welcome to 2019! I have a story about the
past 2018 that may bring your 2019 more inspired.
Selama 2018 ada kurang lebih 365 hari yang kita lewati. Banyak cerita yang tercipta, namun
pada akhirnya yang membekaslah yang menjadi memori. Dan diantara memori-memori
itu ada sebuah pelajaran yang bisa kita petik. Saya punya sebuah cerita yang
bisa membuat kalian berpikir kenapa menjelajahi tempat baru itu penting.
Pada Oktober 2018, saya mulai menjalani program magang yang
diadakan kampus saya. Buat kalian yang belum tahu, saya mahasiswi jurusan manajemen
penanganan bandara di sekolah aviasi.
Program itu mengharuskan saya magang di Bandara
Soekarno-Hatta selama 3 bulan. Saya menyambutnya dengan exciting karena saya memang suka akan hal-hal baru, dan ini juga merupakan sebuah kesempatan bagi saya untuk keluar dari pulau yang saya tinggali sampai remaja--Bali.
Saya berangkat menuju Jakarta dari Bandara Internasional Ngurah Rai sekitar pukul 7 malam, dan baru sampai di Bandara Soekarno-Hatta kurang lebih pukul 9.30 malam. Selanjutnya saya berangkat menuju tempat yang akan menjadi hunian saya selama 3 bulan ke depan. Sepanjang jalan saya memerhatikan orang dan mobil yang berlalu lalang di pinggir jalan. Keliatan agak katrok ya, tapi biarlah. Haha. Yang saya tahu ada rasa senang dan gembira saat saya menyatu dalam kumpulan orang-orang asing itu.
Saya berangkat menuju Jakarta dari Bandara Internasional Ngurah Rai sekitar pukul 7 malam, dan baru sampai di Bandara Soekarno-Hatta kurang lebih pukul 9.30 malam. Selanjutnya saya berangkat menuju tempat yang akan menjadi hunian saya selama 3 bulan ke depan. Sepanjang jalan saya memerhatikan orang dan mobil yang berlalu lalang di pinggir jalan. Keliatan agak katrok ya, tapi biarlah. Haha. Yang saya tahu ada rasa senang dan gembira saat saya menyatu dalam kumpulan orang-orang asing itu.
Disana saya tinggal di daerah Tangerang, tepatnya di
Kalideres. Saya tinggal di sebuah rumah kost dan tempat transit. Awal-awal tinggal disana saya agak kurang bisa menyesuaikan diri. Bagaimanapun saya menemukan keadaan yang berbeda dengan di Bali, yang tak bisa saya samakan.
Saat itu saya sampai di rumah kost jam 11 malam dan ingin mencari makanan untuk mengisi perut, saya dan teman-teman pergi ke satu pasar malam, mereka
menjual nasi goreng. Biar praktis, saya membeli itu. Saya santai aja menunggu pesanan
selesai dibuat. Namun ternyata saat pesanan
sudah selesai dan akan membayar.. harganya 15 ribu. Memang hanya
berbeda 5 ribu dengan di Bali untuk kategori pinggiran, tapi porsi yang
kita
dapet bener-bener beda jauh. Maka saya pulang dengan keadaan hati terpaksa, asal kenyang dulu, pikir saya.
Besoknya saya ingin membeli buah, ternyata agak susah disini
kalau tidak pergi ke pasar. Adapun jus buah yang dijual, tapi tidak semua penjual
bagus. Kebanyakan makanan yang dijual disini pun gorengan dan yang berkuah
jarang, kecuali soto.
Tapi yang menggembirakan untuk saya adalah masalah pakaian disini tergolong murah karena lebih
dekat dari produsennya langsung! Kalau kamu tinggal daerah Tangerang pasti tau
deh Tangerang City Mall, disitu harga-harga pakaian yang tersedia sangat
terjangkau.
Oh, buat
yang bilang Jakarta panas. Yups, bener Ibukota kita yang satu ini
memang panas. Kamu butuh penyesuaian untuk tinggal disini. Tapi
lama kelamaan bakal biasa kok dengan panasnya cuaca, apalagi kalau sudah
sibuk
kerja. Terobos!
Daannnn... if
someone ask me, what makes me really
fall in love into this city? I’ll answer, the people.
Berbeda dengan Bali yang mayoritasnya memang orang Bali
dan beragama Hindu, disini saya bertemu dengan banyak orang dengan latarbelakang
yang berbeda. Ada yang dari Medan, Banyuwangi, Makassar, dll. Dan dengan keyakinannya
masing-masing. Bukan itu aja, di dunia kerja ini saya juga disatukan dengan
orang dari berbagai usia.
Banyak yang berbeda, tapi yang saya herankan tidak membuat kita
jadi pecah, justru semakin solid. Sebab apa yang berbeda itu kita satukan saat
bekerja. Ahh keren banget pokoknya bisa ngerasain hal satu ini!
Dengan adanya banyak perbedaan itu saya jadi dapat banyak
ilmu. Ada banyak hal yang bisa kita bagi dan kita dapat dari orang-orang itu. Otak
kita juga jadi lebih open-minded. Kita
tidak lagi menilai orang dari apa yang sudah beredar tapi kita bisa nilai dengan
membuktikan langsung, mengerti karakter mereka. Contohnya seperti teman saya yang
orang Batak, yang kita kenal orang Batak itu cepat marah dan ngomongnya kasar. Well, itu tidak sepenuhnya benar.
Sepenilaian aku orang Batak itu logat yang membuat mereka keliatan kaya orang marah,
padahal sebenarnya ngga. Aslinya mereka orang yang baik dan berteman dengan
siapa aja, dan suka bercanda! Haha love
you Batak!
Dari cerita singkat itu saja kalian bisa mengerti kenapa
harus eksplor dunia lain. Bukan diam di tempat yang itu-itu saja. Karena kamu tidak tahu, bisa saja
diluar garis batas kamu ada hal positif yang sudah disiapkan.
Satu pesan dari saya, “Beranikan diri untuk mencoba, setelahnya
kamu bakal ketagihan untuk mencoba dan mencoba lagi.”
Thank you and God bless!
Thank you and God bless!
Sumber gambar : Pinterest

Komentar
Posting Komentar