Quarter Life Crisis



Sumber gambar : Pinterest

Kali ini aku ingin membahas soal quarter life crisis, tapi sebelum itu apa sih quarter life crisis?

Quarter life crisis adalah sebutan untuk kondisi kecemasan berlebih terhadap kualitas hidup seseorang yang sering dialami dalam periode 20 tahunan hingga pertengahan 30.

Pada usia dua puluhan banyak orang mulai berpikir kembali soal hidup mereka, apakah yang mereka jalani saat ini merupakan hidup yang mereka inginkan. Hal ini sering terjadi saat orang-orang mulai memasuki ‘kehidupan nyata’, seperti masa setelah kelulusan atau kepindahan dari rumah. Namun itu semua tentu tidak muncul begitu saja, ada hal yang menjadi pemicu terhadap munculnya pemikiran tersebut.

Pemikiran dan kecemasan itu timbul dikarenakan kita melihat pencapaian-pencapaian orang lain di sekitar kita, mereka terlihat sukses untuk meraih mimpi mereka sedangkan kita masih begitu-begitu saja tidak tahu arah. Tidak tahu akan pergi kemana setelah semua rutinitas yang pernah dijalani menghilang, kuliah yang biasa kita ikuti sekarang sudah selesai, selanjutnya apa? Kita pun masih berpikir keras. Ujung-ujungnya kita malah membandingkan diri dengan mereka.

Tetapi apakah yang kita lihat itu adalah keadaan yang sebenarnya?

Sangat mungkin bahwa kita tidak tahu apa yang pernah orang lain alami sebelum mencapai mimpi-mimpi mereka. Bisa saja ada isak tangis kegagalan yang kita tidak lihat dengan mata. Hal-hal yang kita lihat sebagai pencapaian mereka tentu saja sebagai bentuk positivitas yang ingin mereka sebarkan. Tanya saja pada diri sendiri pasti kamu memilih untuk menyebarkan momen bahagia ke luar sana dibandingkan momen sedih, begitu juga dengan mereka. Janganlah melihat sesuatu terlalu dangkal, pun melihat hanya dari permukaannya saja.

Jika kamu mengalami kecemasan ini, entah berapa pun usia atau kekayaanmu (karena menurutku siapa pun bisa punya kecemasan semacam ini), bila kecemasan itu timbul anggap saja itu sebagai pengingat dari alam. Pengingat untuk membuat kamu berpikir kembali, mengevaluasi diri terhadap nilai-nilai apa yang ingin kamu kembangkan dalam hidup, hal-hal apa yang ingin kamu raih, dan dampak apa yang ingin kamu beri untuk sekitarmu. Buatlah makna hidup yang kamu inginkan, ciptakan kepuasan diri, sehingga setir kebahagiaan bukan ada di diri orang lain, tapi di diri kamu sendiri. Sebab masih saja ada yang hidup untuk memuaskan tuntutan sosial dibandingkan kebahagiaan diri kamu sendiri yang menjalaninya. Ingat jangan paksa diri kamu untuk sama dengan orang lain, saat fase kamu memang belum sampai disitu. Terimalah adanya. You can't jump to the highest level like magic.

Untuk mengurangi kecemasan ini, aku sangat menyarankan agar kita semua menyortir kembali lapisan yang ada di sekitar kita. Bisa saja itu adalah orang-orang yang kita follow di media sosial, teman-teman di sekitar kita, pastikan mereka tidak membawa dampak buruk untuk hidup kita. Mulai kelilingi diri kita dengan orang-orang yang hanya memberikan kemajuan untuk kita, sisanya mari tinggalkan itu semua di belakang. Karena kita punya hak untuk mendapatkan hidup yang terbaik, jadi jangan ragu untuk menyeleksi mereka yang tergolong toxic di hidup kita.

Terima kasih, Tuhan memberkati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Power Within The Self

How Wonderful You Truly Are

Major Important Decisions In Life