Pulang ke Rumah


Orang-orang bingung melihat tingkahnya, mengapa dia tak pernah berucap sapa pada siapa yang lewat atau bahkan duduk di hadapannya. Mulutnya terkunci rapat.

Rembulan cokelat muda itu menatap kosong di seberang ketinggian, kakinya menjuntai-juntai di sisi jembatan. Apakah yang akan berubah jika dia berbicara? Dia tak melihat terang dalam pemikirannya. Raga itu telah menelan bulat-bulat kunci pada bibirnya sejak lampau.

Yang mereka tahu anak itu hanya seorang pecundang yang diam akan hidupnya. Meski mereka tak tahu bagaimana dia tengah berlari kencang dari bayang-bayang yang gemar mengganggu tidur malamnya.

Hanya saja kadang dia kelelahan untuk terus berlari, sehingga dia harus menepi disini, duduk sendirian di bawah pendaran lampu petromak setiap malam. Dingin angin malam dan kehijauan yang perlahan menghitam adalah obat penangkalnya.

Semuanya begitu egois, termasuk dirinya sendiri. Kini dia mengerti bagaimana sulitnya memahami keadaan seseorang. Namun, terkadang itu semua bukan tentang mengerti, hanya perihal memasang dengar. Sayangnya itu terasa seperti menemukan batu kerikil yang kau buang ke laut. Sulit.

Dia mencari sebuah rumah untuk pulang, tempat dimana dia bisa merasa ringan dan nyaman. Bukan memikirkan tentang kepergian selalu. Namun, dimanakah ada sebuah tempat yang seperti itu? Perjalanan ini begitu jauh dan bekalnya nyaris habis.

Apa justru rumah-Nya lah satu-satunya tempat kemana dia bisa menuju? Dia pikirkan dalam benaknya tiap malam hingga berganti pagi, begitu seterusnya.

Hidup terlalu melelahkan, bahkan untuk pulang pada tempat yang dapat dia sebut rumah. Ditemukannya ketenangan itu dalam seberkas pemandangan di atas jembatan kota, bukan pada rumah yang dikatakan banyak orang.

Bila kau kira dengan menatap mata kau bisa melihat isi hatinya, tak akan lagi. Sebab telah disimpannya rapat-rapat, sedikit celah tak dia biarkan terbuka. Kau tak akan bisa menyelami dasarnya, sebab dia terbiasa untuk tertawa pada hal-hal dalam hidupnya. Kau tak akan tahu.

Purnama ke-100, dia belum menemukan rumahnya.
.
.
Sumber gambar : Pinterest

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Power Within The Self

How Wonderful You Truly Are

Major Important Decisions In Life