Hanya Untukku
Sudah menjadi kutuk bagi seorang wanita yang tidak pernah mencecap kebaikan cinta di dalam hidupnya untuk terus jatuh di dalam putaran perasaan yang semu. Namun, wanita itu tidak akan bisa menghindar tak mampu seberapa keras dia berusaha, sebab situasi ini seperti jerat yang mengikat kakinya untuk melangkah jauh dari neraka itu.
Entah kapan semuanya bermula, yang pasti dia juga tidak mau mempercayai bahwa semuanya menjadi nyata. Harapan akan manisnya cinta yang dapat menjadi sandaran, seseorang yang mampu berjuang bersama pada setiap situasi, kehormatan dan rasa saling menghargai di sebuah hubungan rupanya belum dia cecapi juga. Cinta yang datang dengan cepat berlalu pula secepat kedipan mata.
Atas semua naik dan turun kehidupannya, harusnya Serena mampu menghindar dengan lebih cerdik lagi. Ya. Jika saja sebuah perasaan adalah hal yang dapat dikendalikan dengan mudah. Jikalau saja perasaan adalah sesuatu yang dapat engkau tolak dengan logika. Sayangnya hati adalah makhluk lemah dan sombong yang tidak mau mendengar kritik keras dari logika.
Serena mengumpat dalam hatinya, yang sesungguhnya dia sampaikan sebagai pesan kebencian pada situasi dan keadaannya yang tidak dapat bekerjasama. Diantara semua orang mengapa hatinya selalu memilih orang yang salah? Tidakkah hatinya ingin lekas lulus dari sebuah ujian menyeimbangkan hati dan perasaan.. alih-alih menikmatinya sebagai kutuk?
Wanita itu memandang keluar jendela. Pria itu harusnya tidak memiliki kharisma sekuat itu. Terdapat keinginan besar untuk menepis semua sinar yang seolah berpusat padanya. Hati Serena diam-diam berdebar ketika dia berbicara tentang hal-hal kecil seperti pekerjaannya ataupun kesukaannya terhadap musik. Tatapan yang penuh perhatian dan fokus seolah menjadi jalan terbuka ke dalam gerbang hatinya. Dia kembali bodoh, menyadari hal sederhana itulah yang diinginkan hatinya selama ini. Serena terbuai dan terjatuh sepenuhnya.
Komentar
Posting Komentar