It's Definitely Yes or Hell No



It’s DEFINITELY YES or HELL NO


Sumber gambar: Pinterest


Hai, semuanya. Apa kabar? Semoga kalian baik-baik saja ya.

Di postingan blog kali ini aku akan membahas soal kenapa kita sering kali berbohong pada diri kita sendiri karena lingkungan, atau pun punya perasaan ga enakan.

Coba deh ingat-ingat, kamu pasti pernah dong bilang "ya" sama teman, padahal kamu lagi ga bisa memenuhi permintaannya. Apakah itu hal yang bagus untuk dilakukan?

Baiklah.

Perasaan ini muncul karena kita tidak jujur dengan diri sendiri tentang hal yang menjadi kapasitas diri kita. Kita mengesampingkan kebutuhan kita untuk faktor eksternal. Dalam sehari-hari misalnya, kita tahu bahwa tubuh kita sedang lelah, tetapi karena kita memiliki target yang harus dicapai hari itu juga, kita jadi memaksakan diri untuk tetap bekerja. Namun, alih-alih menyelesaikan semuanya, tubuh kita justru jatuh sakit, akibat kita mengabaikan sinyal ‘butuh istirahat’.

Jujur pada diri sendiri memang berat, tapi dengan begitu kita bisa tahu alasan sesungguhnya dari tindakan kita. Kamu mungkin bertanya-tanya saat lo memiliki kegiatan ekstrakulikuler PMR yang harus diikuti di sore hari, bukannya merasa senang karena bisa mendapat ilmu baru, kamu malah membawa itu sebagai beban. Fisikmu tetap hadir, akan tetapi hanya untuk datang, duduk, dengarkan, lupakan. Rupanya itu disebabkan karena kamu masuk ekskul PMR dari ajakan teman, padahal kamu ingin mengikuti ekskul fotografi, hanya saja karena teman karibmu tidak mau kesana, jadilah kamu terjebak di ekskul yang salah.

Kebohongan yang diucapkan pada diri sendiri justru membuat kamu mendapatkan hasil yang tidak maksimal. Sebab, tiada yang tidak mungkin saat keinginan itu muncul dari hati sendiri. Dibandingkan mengambil keputusan karena terpengaruh oleh keadaan yang menjadikan segalanya ‘hanya asal kerjakan’. Hal itu menyebabkan seseorang terlihat melakukan sesuatu setengah hati. Besar kemungkinannya rasa malas untuk memunculkan potensi sesungguhnya jadi tersimpan rapat karena memang hati yang tidak berada disana.

Ketidakjujuran ini bukan hanya terjadi pada diri sendiri, tetapi kepada orang lain pula. Kita sering merasa ga enakan terhadap suatu hal yang bukan menjadi tanggung jawab kita.
Kalian pasti mengalami masa dimana teman kalian meminta bantuan pada keadaan kalian tidak mampu memenuhinya. Contohnya saja, temanmu A tiba-tiba minta tolong untuk ditemani ke bioskop malam itu, sedangkan kallian sebenarnya telah memiliki rencana untuk belajar demi ujian esok hari di waktu yang sama. Namun, karena faktor keakraban kamu pun mengabaikan jadwal yang sudah dibuat. Hari selanjutnya saat ujian, kamu mendapat nilai rendah karena tidak belajar dengan maksimal, tapi sialnya si A mendapat nilai terbaik karena sudah belajar jauh hari. Lalu, ingin menyalahkan siapa? Apakah temanmu yang mengajak nonton? Atau kamu yang tidak bisa menolaknya?

Ingatlah, kamu tidak diwajibkan untuk memenuhi semua permintaan orang lain, karena mustahil untuk dilakukan. Jika temanmu datang meminta tolong dan kamu tidak bisa, maka yasudah, tolaklah ia dengan baik. Bila itu juga terjadi denganmu, kamu harus paham dan menerimanya, karena sejatinya membantu sebaiknya didasari dengan rasa kesukarelaan, agar yang membantu dan terbantu sama-sama merasa melakukannya tanpa beban.

Maka dari itu, teman-teman, belajarlah untuk mengatakan ya di atas ya.
Dan tidak di atas tidak. 

Sebab, kejujuran pada diri sendiri membuat kita menjalani hidup dengan menjadi diri sendiri. Bukan memaksa mengejar satu target tanpa melihat kapasitas diri, tapi mengerti kapan harus bergerak kapan harus berhenti. Pun bukan menolong karena ingin dikatakan baik, melainkan menolong karena kita mampu. Dengan begitu apa yang kita katakan dan lakukan adalah hal yang selaras, yang membantu kita secara tidak langsung dalam menjaga kepercayaan yang orang lain berikan pada kita.

It’s DEFINITELY YES or HELL NO!

Thank you, God bless.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How Wonderful You Truly Are

Impossible Possible

A Tale of the Beautiful Swan and the Ugly Duck