It's Definitely Yes or Hell No
Hai, semuanya. Apa kabar? Semoga kalian baik-baik saja ya.
Di postingan blog kali ini aku akan membahas soal kenapa
kita sering kali berbohong pada diri kita sendiri karena lingkungan, atau pun punya perasaan ga enakan.
Coba deh ingat-ingat, kamu pasti pernah dong bilang "ya" sama teman, padahal kamu lagi ga bisa memenuhi permintaannya. Apakah itu
hal yang bagus untuk dilakukan?
Baiklah.
Perasaan ini muncul karena kita tidak jujur dengan diri
sendiri tentang hal yang menjadi kapasitas diri kita. Kita mengesampingkan
kebutuhan kita untuk faktor eksternal. Dalam sehari-hari misalnya, kita tahu
bahwa tubuh kita sedang lelah, tetapi karena kita memiliki target yang harus
dicapai hari itu juga, kita jadi memaksakan diri untuk tetap bekerja. Namun,
alih-alih menyelesaikan semuanya, tubuh kita justru jatuh sakit, akibat kita
mengabaikan sinyal ‘butuh istirahat’.
Jujur pada diri sendiri memang berat, tapi dengan begitu
kita bisa tahu alasan sesungguhnya dari tindakan kita. Kamu mungkin
bertanya-tanya saat lo memiliki kegiatan ekstrakulikuler PMR yang harus
diikuti di sore hari, bukannya merasa senang karena bisa mendapat ilmu baru,
kamu malah membawa itu sebagai beban. Fisikmu tetap hadir, akan tetapi hanya untuk
datang, duduk, dengarkan, lupakan. Rupanya itu disebabkan karena kamu masuk
ekskul PMR dari ajakan teman, padahal kamu ingin mengikuti ekskul fotografi,
hanya saja karena teman karibmu tidak mau kesana, jadilah kamu terjebak di ekskul yang
salah.
Kebohongan yang diucapkan pada diri sendiri justru
membuat kamu mendapatkan hasil yang tidak maksimal. Sebab, tiada yang tidak
mungkin saat keinginan itu muncul dari hati sendiri. Dibandingkan mengambil
keputusan karena terpengaruh oleh keadaan yang menjadikan segalanya ‘hanya asal
kerjakan’. Hal itu menyebabkan seseorang terlihat melakukan sesuatu setengah
hati. Besar kemungkinannya rasa malas untuk memunculkan potensi sesungguhnya
jadi tersimpan rapat karena memang hati yang tidak berada disana.
Ketidakjujuran ini bukan hanya terjadi pada diri sendiri,
tetapi kepada orang lain pula. Kita sering merasa ga enakan terhadap suatu hal
yang bukan menjadi tanggung jawab kita.
Kalian pasti mengalami masa dimana teman kalian meminta
bantuan pada keadaan kalian tidak mampu memenuhinya. Contohnya saja, temanmu A
tiba-tiba minta tolong untuk ditemani ke bioskop malam itu, sedangkan kallian
sebenarnya telah memiliki rencana untuk belajar demi ujian esok hari di waktu
yang sama. Namun, karena faktor keakraban kamu pun mengabaikan jadwal yang
sudah dibuat. Hari selanjutnya saat ujian, kamu mendapat nilai rendah karena
tidak belajar dengan maksimal, tapi sialnya si A mendapat nilai terbaik karena
sudah belajar jauh hari. Lalu, ingin menyalahkan siapa? Apakah temanmu yang
mengajak nonton? Atau kamu yang tidak bisa menolaknya?
Ingatlah, kamu
tidak diwajibkan untuk memenuhi semua permintaan orang lain, karena
mustahil untuk dilakukan. Jika temanmu datang meminta tolong dan kamu tidak bisa, maka yasudah, tolaklah ia
dengan baik. Bila itu juga terjadi denganmu, kamu harus paham dan menerimanya,
karena sejatinya membantu sebaiknya didasari dengan rasa kesukarelaan, agar
yang membantu dan terbantu sama-sama merasa melakukannya tanpa beban.
Maka dari itu, teman-teman, belajarlah untuk mengatakan ya di atas ya.
Dan tidak di atas tidak.
Sebab, kejujuran pada diri sendiri membuat kita menjalani
hidup dengan menjadi diri sendiri. Bukan memaksa mengejar satu target tanpa
melihat kapasitas diri, tapi mengerti kapan harus bergerak kapan harus
berhenti. Pun bukan menolong karena ingin dikatakan baik, melainkan menolong
karena kita mampu. Dengan begitu apa yang kita katakan dan lakukan adalah hal
yang selaras, yang membantu kita secara tidak langsung dalam menjaga
kepercayaan yang orang lain berikan pada kita.
It’s DEFINITELY YES or HELL NO!
Thank
you, God bless.
Komentar
Posting Komentar