Snowball effect
Snowball effect
Hi, semuanyaa. Seperti biasa, apa kabar?
Aku harap kalian semua baik-baik saja ya!
Meskipun sekarang pemerintahan Indonesia lagi diterpa
masalah yang ga enak soal salah satu provinsi kita ya.. Aku hanya bisa berdoa
semoga kita semua bisa mendapatkan solusi yang terbaik. Amin.
Nah, terlepas dari masalah pemerintahan yang sekarang
lagi dihadapi oleh negara kita, bangsa kita. Tentu, sebagai seorang individu
kita sendiri bukanlah manusia yang bisa terlepas dari masalah. Dalam kehidupan
sehari-hari, pasti kita punya masalah masing-masing.
Masalah ini timbul karena ketidakmampuan kita dalam
menemukan solusi dan mengaplikasikannya untuk menyelesaikan hal yang
‘menghambat’ diri kita itu. Masalah tidak akan muncul, jika kita memiliki
kesiapan dalam menangani segala hal yang datang. Namun, bisa dikatakan tidak
ada hidup yang mulus. Ada hal yang dapat terjadi di luar rencana manusia, dan
itu sengaja didatangkan untuk membuat manusia belajar.
Sekarang yang ingin aku bahas adalah bagaimana kiranya
kerangka pikiran yang sebaiknya digunakan saat masalah itu datang.
Pada pengarahan yang diberikan di kampus aku tentang
dunia kerja, dimana acara tersebut diisi oleh salah satu psikolog (maaf saya
lupa namanya :’D). Ada satu temanku yang bertanya seperti ini, “Saya punya
masalah, tapi saya ga tahu bagaimana jalan keluarnya. Terus saya harus
bagaimana, pak?”. Kira-kira begitu pertanyaannya, agak general karena temanku tidak mau mengatakan masalah sebenarnya di muka umum. Bisa dimengerti.
Beliau menjawab, “Kadang manusia bukannya
tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, tapi ia hanya tidak mau mengambil
resiko. Kamu lihat pintu di depan sana? (beliau menunjuk pintu
auditorium) Ada berapa cara untuk membuka pintu itu? Pertama, kamu bisa buka
pintunya menggunakan kunci. Kedua, kamu bisa saja langsung mendobraknya
sendirian. Atau ketiga, kamu ingin mendobraknya bersama teman-temanmu disini.
Banyak cara, terdapat pilihan-pilihan yang disediakan, tinggal kamu mau memilih
yang mana. Tapi ingat semuanya memilliki resiko tersendiri, mulai dari paling
kecil hingga paling besar. Tingkat efektivitasnya pun berbeda-beda. Kamu mau
pilih yang mana?”
Aku setuju dengan kata bapak psikolog itu,
karena aku sendiri pernah mengalaminya. Loh, aku malah membenarkan
berdasarkan pengalamanku sih, haha. Tidak ingin membohongi publik, aku hanya berkenan memberi contoh lewat diriku sendiri.
Aku beri contoh yang sederhana saja ya. Dulu aku ini
paling benci pelajaran Seni Tari, karena tari tradisional daerahki ragam
geraknya banyak sekali dan aku yang tidak memiliki dasar menari pun merasa
takut untuk mendapat pelajaran tersebut.
Ketika aku SD, saking tidak sukanya dengan pelajaran
seni tari, aku selalu bolos saat pelajaran akan dimulai. Biasanya aku pura-pura ke kamar mandi untuk memakai kamen, tapi setelahnya justru berlari ke
perpustakaan untuk membaca buku cerita. Jangan ditiru ya. Haha.
Akibatnya saat aku SMP, tepatnya di kelas 2 SMP terdapat
tes menari untuk menarikan satu tarian penuh secara berkelompok dengan
penilaian per individu. Itu merupakan sebuah masalah bagiku, karena sampai
SMP pun aku masih tidak bisa menari. Itu menyebabkan aku tidak lulus KKM di
nilai pertengahan semester pertama. Gerakan tari aku kaku banget!
Huft. Padahal bila ditelisik, ini berakar pada kemalasanku belajar tarian tradisional, karena sudah terlanjut menganggap tarian itu
sulit. Aku memilih mengabaikan masalah itu, menundanya, tidak mau mengambil
resiko. Jika dihubungkan dengan kata bapak psikolog di atas, maka ini
menunjukkan diriku yang ingin menyelesaikan masalah, tapi tidak ingin
menerima resikonya. Itu semua membuat aku tidak sadar di depan sana masalah
telah bergulir menjadi sesuatu yang lebih besar lagi. Snowball effect.
Oleh sebab itu, teman-teman pembaca sekalian, aku sangat
menyarankan apabila kalian memiliki masalah, carilah solusi atas permasalahan
tersebut, selesaikan yang bisa diselesaikan. Karena ketika kamu memilih diam,
itu hanya meredam sementara, tidak menuntaskan inti dari permasalahan tersebut.
Kalau masalah itu masih bisa diselesaikan dengan komunikasi, komunikasikanlah.
Jangan sampai kita membiarkannya begitu saja sampai membuat masalah itu
terinfeksi lebih parah lagi, atau menimbulkan masalah yang baru.
Pikirkanlah dua hal ini sebelum kamu memutuskan apa-apa
dalam masalah yang kamu punya. Satu, apa yang terjadi jika kamu melakukannya. Dua, apa yang
terjadi jika kamu tidak melakukannya.
Sehingga dari dua pertimbangan itu kita semua bisa menilai sesuatu lebih jauh
lagi.
“Setop
kerikil masalah sebelum ia bergulir menjadi bola es raksasa yang
memporak-porandakan hidupmu.”
Thank
you and God bless.
Komentar
Posting Komentar