Snowball effect


Snowball effect

Sumber gambar: Pinterest

Hi, semuanyaa. Seperti biasa, apa kabar?

Aku harap kalian semua baik-baik saja ya!

Meskipun sekarang pemerintahan Indonesia lagi diterpa masalah yang ga enak soal salah satu provinsi kita ya.. Aku hanya bisa berdoa semoga kita semua bisa mendapatkan solusi yang terbaik. Amin.

Nah, terlepas dari masalah pemerintahan yang sekarang lagi dihadapi oleh negara kita, bangsa kita. Tentu, sebagai seorang individu kita sendiri bukanlah manusia yang bisa terlepas dari masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita punya masalah masing-masing.

Masalah ini timbul karena ketidakmampuan kita dalam menemukan solusi dan mengaplikasikannya untuk menyelesaikan hal yang ‘menghambat’ diri kita itu. Masalah tidak akan muncul, jika kita memiliki kesiapan dalam menangani segala hal yang datang. Namun, bisa dikatakan tidak ada hidup yang mulus. Ada hal yang dapat terjadi di luar rencana manusia, dan itu sengaja didatangkan untuk membuat manusia belajar.

Sekarang yang ingin aku bahas adalah bagaimana kiranya kerangka pikiran yang sebaiknya digunakan saat masalah itu datang.

Pada pengarahan yang diberikan di kampus aku tentang dunia kerja, dimana acara tersebut diisi oleh salah satu psikolog (maaf saya lupa namanya :’D). Ada satu temanku yang bertanya seperti ini, “Saya punya masalah, tapi saya ga tahu bagaimana jalan keluarnya. Terus saya harus bagaimana, pak?”. Kira-kira begitu pertanyaannya, agak general karena temanku tidak mau mengatakan masalah sebenarnya di muka umum. Bisa dimengerti.

Beliau menjawab, “Kadang manusia bukannya tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, tapi ia hanya tidak mau mengambil resiko. Kamu lihat pintu di depan sana? (beliau menunjuk pintu auditorium) Ada berapa cara untuk membuka pintu itu? Pertama, kamu bisa buka pintunya menggunakan kunci. Kedua, kamu bisa saja langsung mendobraknya sendirian. Atau ketiga, kamu ingin mendobraknya bersama teman-temanmu disini. Banyak cara, terdapat pilihan-pilihan yang disediakan, tinggal kamu mau memilih yang mana. Tapi ingat semuanya memilliki resiko tersendiri, mulai dari paling kecil hingga paling besar. Tingkat efektivitasnya pun berbeda-beda. Kamu mau pilih yang mana?”

Aku setuju dengan kata bapak psikolog itu, karena aku sendiri pernah mengalaminya. Loh, aku malah membenarkan berdasarkan pengalamanku sih, haha. Tidak ingin membohongi publik, aku hanya berkenan memberi contoh lewat diriku sendiri.

Aku beri contoh yang sederhana saja ya. Dulu aku ini paling benci pelajaran Seni Tari, karena tari tradisional daerahki ragam geraknya banyak sekali dan aku yang tidak memiliki dasar menari pun merasa takut untuk mendapat pelajaran tersebut. 

Ketika aku SD, saking tidak sukanya dengan pelajaran seni tari, aku selalu bolos saat pelajaran akan dimulai. Biasanya aku pura-pura ke kamar mandi untuk memakai kamen, tapi setelahnya justru berlari ke perpustakaan untuk membaca buku cerita. Jangan ditiru ya. Haha.

Akibatnya saat aku SMP, tepatnya di kelas 2 SMP terdapat tes menari untuk menarikan satu tarian penuh secara berkelompok dengan penilaian per individu. Itu merupakan sebuah masalah bagiku, karena sampai SMP pun aku masih tidak bisa menari. Itu menyebabkan aku tidak lulus KKM di nilai pertengahan semester pertama. Gerakan tari aku kaku banget!

Huft. Padahal bila ditelisik, ini berakar pada kemalasanku belajar tarian tradisional, karena sudah terlanjut menganggap tarian itu sulit. Aku memilih mengabaikan masalah itu, menundanya, tidak mau mengambil resiko. Jika dihubungkan dengan kata bapak psikolog di atas, maka ini menunjukkan diriku yang ingin menyelesaikan masalah, tapi tidak ingin menerima resikonya. Itu semua membuat aku tidak sadar di depan sana masalah telah bergulir menjadi sesuatu yang lebih besar lagi. Snowball effect.

Oleh sebab itu, teman-teman pembaca sekalian, aku sangat menyarankan apabila kalian memiliki masalah, carilah solusi atas permasalahan tersebut, selesaikan yang bisa diselesaikan. Karena ketika kamu memilih diam, itu hanya meredam sementara, tidak menuntaskan inti dari permasalahan tersebut. Kalau masalah itu masih bisa diselesaikan dengan komunikasi, komunikasikanlah. Jangan sampai kita membiarkannya begitu saja sampai membuat masalah itu terinfeksi lebih parah lagi, atau menimbulkan masalah yang baru.

Pikirkanlah dua hal ini sebelum kamu memutuskan apa-apa dalam masalah yang kamu punya. Satu, apa yang terjadi jika kamu melakukannya. Dua, apa yang terjadi jika kamu tidak melakukannya. Sehingga dari dua pertimbangan itu kita semua bisa menilai sesuatu lebih jauh lagi.

“Setop kerikil masalah sebelum ia bergulir menjadi bola es raksasa yang memporak-porandakan hidupmu.”

Thank you and God bless.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How Wonderful You Truly Are

Impossible Possible

A Tale of the Beautiful Swan and the Ugly Duck