Pria Hujan


Langit menangis di bulan Desember, menjadi mesin waktu yang membawaku kembali pada kenangan. Dalam hening keramainan aku mengamini apa-apa yang pernah mereka katakan, bahwasanya tidak semua cinta perlu diraih, digenggam, lalu disimpan dalam kotak kaca.

Setelah obrolan kita di cafe sore itu, aku kembali pada kebiasaan lamaku, duduk menyendiri memandangi rintik hujan dari etalase cafe. Aku memang pernah bersedih atasmu, pernah menangis meraung karena jawaban takdir yang tak sejalan. Namun, hari ini aku hanya rindu pada kenangan kita. 

Embun kemudian terbentuk di pinggiran cangkir teh yang kupesan, kutopang dagu menatap kursi kayu di depanku. Mataku mengerjap begitu sosok yang paling kukenal memainkan sedotan di lipatan bibirnya yang manyun. Lucu. Bukan dirimu, sebab dirimu lebih dari itu. Akan tetapi, mendapati diriku duduk kembali di tempat biasa kita bersama, nyatanya mampu jadi portal ajaib yang memanggil visualmu datang dalam ingatan.

Pria hujan, begitu aku menyebutmu. Terlepas dari nama yang kuberi, kau bukanlah seseorang yang penuh aura magis hujan, yaitu kesedihan. Justru kau adalah pria paling berbeda yang pernah kutemui, paling ceria, konyol, dan tidak bisa kutebak.

Rintik jadi deras, kusesap rasa melati ke tenggorokan, hangat. Hadirmu persis seperti itu, membalut jiwaku dalam kehangatan di kala hujan. Kau persis nyala lilin kecil di hidupku yang sendu, berpendar hangat di relung hati hingga saat ini.

Aku mencintaimu, sangat, meski kenyamanan yang kita berusaha bentuk hanya sebatas keterpaksaan. Kau berusaha memahamiku, dan aku berusaha mengalah untukmu. Hanya rasa yang menyatukan kita. Keheningan peluk di kala kau lelah, keheningan peluk di kala aku sedih. Kenyamanan yang kita ingin bangun terhenti sampai keheningan.

Jadi, ketika sore itu kau menemuiku dan berkata tak mampu melanjutkan segalanya, sungguh aku tidak terkejut. Aku sendiri paham bahwa kita hanyalah terjebak. Walau aku mencintaimu dan kau adalah semua yang pernah kucari dalam perjalanan cintaku.. aku tidak akan mau mengurungmu dalam penjara yang kubuat. Aku tidak akan mau membuat pria hujanku menjadi pria yang berkabung dalam cinta. Tidak akan mau, meskipun aku mampu.

Hujan dan teh panas, saksikanlah bagaimana aku memutar kembali memori favoritku. Pria hujan dengan kehangatan luar biasa. Pria hujan yang sempat membalut luka di hatiku.

Yang tidak tahu kapan, mungkin besok atau lusa, bisa kutemukan pria hujan seperti dirinya lagi.
.
.
Sumber gambar : Pinterest

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How Wonderful You Truly Are

Impossible Possible

A Tale of the Beautiful Swan and the Ugly Duck