Tahu Kapan Harus Berhenti
![]() |
Apa yang akan kamu pikirkan begitu mendengar kata berhenti?
Di lingkungan kita kata berhenti diasosisasikan dengan suatu hal yang buruk, berhenti berarti menyerah, menyerah berarti kamu harus siap dicap sebagai pecundang di masyarakat. Gambaran itu muncul karena kita sering direcoki dengan kata "jangan menyerah", sampai lupa bahwa terkadang kita juga perlu berhenti. Jadi, apakah berhenti selalu seburuk itu?
Di lingkungan kita kata berhenti diasosisasikan dengan suatu hal yang buruk, berhenti berarti menyerah, menyerah berarti kamu harus siap dicap sebagai pecundang di masyarakat. Gambaran itu muncul karena kita sering direcoki dengan kata "jangan menyerah", sampai lupa bahwa terkadang kita juga perlu berhenti. Jadi, apakah berhenti selalu seburuk itu?
Untuk menjawabnya aku berikan sebuah contoh nyata dari anak guruku sewaktu SMA, orang tuanya ingin agar anaknya menjadi seorang perawat atau apapun yang didefinisikan oleh orang tua zaman dulu sebagai satu pekerjaan yang stabil. Keinginan orang tuanya berhasil membawanya masuk ke akademi keperawatan. Di awal tahun ajaran dia masih menjalaninya dengan tekun dan berharap mungkin dia bisa menemukan ketenangannya disana untuk menjalani apa yang orang tuanya inginkan. Tetapi di tahun selanjutnya kamu tidak akan menyangkan bahwa dia telah diam-diam mengambil kuliah bahasa Jepang.
Apa yang kamu harapkan setelah itu? Tentu saja, orang tuanya marah besar. Namun, tidak seperti biasanya yang hanya menurut, kali itu dia berjuang untuk sesuatu yang dia inginkan karena dia telah merasakan sendiri perbedaan antara kelas keperawatan dan bahasa Jepang. Suatu kabar gembira sebab akhirnya anak itu berhasil meyakinkan orang tuanya dan itu membuatnya semangat belajar hingga berhasil mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Jepang.
Apa yang kamu harapkan setelah itu? Tentu saja, orang tuanya marah besar. Namun, tidak seperti biasanya yang hanya menurut, kali itu dia berjuang untuk sesuatu yang dia inginkan karena dia telah merasakan sendiri perbedaan antara kelas keperawatan dan bahasa Jepang. Suatu kabar gembira sebab akhirnya anak itu berhasil meyakinkan orang tuanya dan itu membuatnya semangat belajar hingga berhasil mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Jepang.
Begitulah akhir dari kisah nyata seorang yang merasa 'terjebak' yang berujung dengan sebuah keputusan berani untuk berhenti menjalani sesuatu yang dia tahu akan sia-sia. Konklusi yang bisa diambil adalah terkadang berhenti bisa membawa kedamaian dalam hidup, asalkan kita tahu kapan waktu yang tepat untuk berhenti. Dan ini biasanya terbukti dalam keputusan terkait pekerjaan juga hubungan asmara.
Tanpa data statistik pun kita tahu ada banyak orang yang terjebak di luar sana dalam pekerjaan yang tidak membuat mereka bahagia atau hubungan asmara yang menyakitkan, namun mereka tidak bisa keluar dari sana karena mempertimbangkan reaksi sosial yang akan mereka dapatkan. Meski kita tahu kalau kita sedikit saja lebih berani mengambil langkah tegas untuk mengakhirinya itu jelas bisa mengurangi beban jiwa dan hidup kita, tetapi kita lebih suka untuk menderita.
Tanpa data statistik pun kita tahu ada banyak orang yang terjebak di luar sana dalam pekerjaan yang tidak membuat mereka bahagia atau hubungan asmara yang menyakitkan, namun mereka tidak bisa keluar dari sana karena mempertimbangkan reaksi sosial yang akan mereka dapatkan. Meski kita tahu kalau kita sedikit saja lebih berani mengambil langkah tegas untuk mengakhirinya itu jelas bisa mengurangi beban jiwa dan hidup kita, tetapi kita lebih suka untuk menderita.
Kini coba kamu bayangkan kalau anak itu masih menjalani kehidupannya sebagai perawat--sesuatu yang tidak dia sukai--dia mungkin tidak akan berkembang sejauh itu (bekerja di Jepang) karena perawat entah bagaimana bukan panggilan jiwanya. Walau bukan tidak mungkin anak itu bisa lulus dan bekerja sebagai perawat, rasanya perkembangannya akan berbeda. Sebab ketika kita melakukan hal yang kita sukai, itu akan membuat kita selalu haus untuk belajar dan itulah yang jadi kendaraan kita menuju puncak kesuksesan. Bukankah itu akan menjadi sebuah tujuan yang lebih murni dan menggairahkan untuk meraih sesuatu karena kamu menginginkannya daripada orang lain yang memaksamu?
Lalu perihal kehidupan sosial yang kamu takutkan akan merongrongmu, percayalah bahwa orang-orang tidak akan pernah berhenti berbicara tentangmu, selalu saja ada pertanyaan untuk menggali hidupmu. Akan tetapi, mulut-mulut itu tidak akan selalu berbicara, ada waktunya omongan mereka akan mereda dan berhenti dengan sendirinya. Entah bagaimana di satu hari mereka lupa akan apa yang telah mereka ucapkan kemarin karena kamu tidak menggubrisnya. Atau justru mereka tidak memaksa lagi karena mereka tahu itulah keputusan yang paling kamu butuhkan saat ini.
.
.
Sumber gambar : Pinterest
Komentar
Posting Komentar