Right Person
![]() |
Pernah mendengar cerita ketakutan akan komitmen di sekitarmu?
Mulai dari yang tinggal serumah tapi bukan suami istri, teman dekat tapi mesra, atau yang bertahun-tahun pacaran tapi ga ujung diajak nikah? Hah, cerita nyata semacam itu banyaaaakk kalau harus disebutin satu-persatu. Namun, sebenarnya kenapa sih orang-orang takut dengan komitmen? Ada apa dengan komitmen ini?
Begini..
Dari pengalaman yang aku dapet sebagai observer sosial (tidak tersetifikasi) dan juga pembaca buku-buku psikologi, ketakukan akan komitmen bisa disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang pasti ada hubungannya sama masa lalu. Pengalaman pahit, trauma masa kecil, penolakan, diabaikan.. semua hal itu pasti jadi pemicu terbentuknya pikiran kita yang takut akan komitmen.
(kalau kamu penasaran tentang topik ini, mungkin kamu bisa mulai mencari tahu tentang PTSD dan inner child)
Gara-gara pengalaman tidak mengenakkan di masa lalu, kita malah tidak berani membuka diri dengan yang baru. Udah deh, sendiri saja, lagian semua orang sama saja. Atau berani memulai hubungan, tapi malah mencari orang yang tidak available, yang kita tahu tidak akan pernah mau berkomitmen dengan kita. Feel fine, coz somehow it's comforting.
But do you want to hear a secret? It's toxic.
Ngerasa kalau pacaran itu tidak berguna, hanya bikin sakit hati. Pernikahan itu menyeramkan karena papa mama yang pernah bercerai. Alasan deh. Ya, alasan. Pengalaman masa lalu kita jadikan tameng untuk menutup diri dari orang-orang berpotensi yang ada di depan mata kita. Kabur, kabur dan kabur dari kenyataan. Dan mengatakan ke diri sendiri kalau kita benar, cinta itu menyakitkan, pacaran itu menyakitkan, pernikahan hanya sia-sia.
C'mon, ada perbedaan besar antara kebenaran dan pembenaran.
I sound a bit heartless, but that's real.
Kita boleh memutuskan untuk tidak menikah, tidak apa-apa, serius. Asalkan ada alasan logis dibaliknya. Namun, untuk menjadikan ketakutan tidak nyata sebagai alasannya, for me it's not wise. Keluarga kita boleh broken, lantas apa itu menjadikan jaminan bahwa kamu gagal juga ke depannya? No, kita bisa perbaiki itu.
Bukan pernikahan yang buruk, tetapi orang-orang di dalamnya lah yang menjadikan citra pernikahan itu buruk.
Pernikahan yang sukses itu bisa diwujudkan, perlu dicatat sukses tidak berarti pernikahan tersebut terjadi tanpa rintangan. Rintangan selalu ada dalam segala aspek kehidupan. Akan tetapi, untuk dapat melewatinya kita harus mendapatkan orang yang tepat. Orang yang kuat yang bisa menciptakan tim yang hebat bersama kita, sehingga bersama dia kita bisa melewati segala hal dengan penuh suka cita meski dalam badai sekali pun.
Menemukannya memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin.
.
.
Sumber gambar : Pinterest
Komentar
Posting Komentar