Kue Cokelat Beraroma Natal

Tuva tersenyum begitu bunyi pemanggang berdenting, segera dikeluarkan kue cokelat yang sudah matang itu. Dengan hati-hati dia letakkan nampan di atas meja yang tepat menghadap jalan.

Salju turun dengan lebatnya sejak malam Natal dimulai, tapi tak lantas melunturkan semangat orang-orang untuk pergi ke Gereja. Berbalutkan mantel tebal juga penutup kepala, mereka beramai-ramai menjejak salju putih kota Oslo.

Tadinya Tuva sempat menelpon Asgrim, kekasihnya yang berada di Tromso, berharap mereka bisa menghabisakan waktu sehari saja bersama, tetapi nyatanya di saat libur Natal pun pekerjaan masih saja menahannya. Walaupun begitu Tuva senang karena mereka masih sempat berbincang melalui panggilan video. Asalkan dapat melihatnya, Tuva sudah senang.

Kini kue-kue kering itu sudah berpindah tempat ke dalam toples kaca yang disiapkannya, selanjutnya Tuva bergabung dalam godaan kehangatan yang ditawarkan sofa dan perapian rumahnya. Suasana yang selalu mengingatkannya pada kampung halamannya.

Tiap Natal tiba, Mama tak pernah absen membuat kue-kue manis untuk kedua anaknya, juga papa selalu siap membacakan dongeng Santa di dekat perapian. Kalau sudah begitu, suhu Oslo yang suka membuat tubuh orang kaku tak lagi mampu membuat Tuva kecil gemetar. Namun, sekarang kehangatan itu tidak bisa dia ulangi lagi selain di dalam memori karena mereka telah bersama Bapa. Tuva menatap lama kenangan mereka di ponselnya. Kini mau tak mau dia bersyukur karena Gytha suka mengambil foto di saat-saat terpenting itu, adiknya seperti mata yang mengabadikan momen-momen mereka dengan kameranya.

Ah, kadang Natal memang seperti ini ya, pikir Tuva. Diletakkannya ponselnya itu dan sedikit merenung.

Kadang kamu tak harus memiliki seseorang di sampingmu untuk kamu ajak bercanda, bercerita, atau bahkan memelukmu di hari spesial ini. Kamu hanya sendiri ditemani kue cokelat kering, segelas anggur merah, dan perapian hangat. Sedikit sepi sih, tapi Tuva tetap harus mendapatkan Natalnya. Dengan melihat anak-anak yang bermain salju di depan rumahnya atau tukan pos yang masih meletakkan surat di kotak pos tiap rumah di sepanjang jalan juga membuatnya bahagia.

Kita semua punya cara masing-masing untuk merayakan Natal. Dan bagian wanita itu cukup dia dapatkan dengan menyantap kue cokelat ini di dekat perapian. Karena Tuva tahu betul kasih yang diberikan oleh orang tercintanya tak akan pernah hilang tanpa hadirnya mereka.

Hangatnya tetap hidup dalam keping kue cokelat yang dia buat, membawa aroma Natal dan kehangatannya yang tak terlupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How Wonderful You Truly Are

Impossible Possible

A Tale of the Beautiful Swan and the Ugly Duck