Sapa yang Menyegarkan
Aku sering mendengar betapa tingkah laku kita pun bisa sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang. Entah melalui kalimat yang kita ucapkan maupun tindakan yang kita lakukan. Nyatanya kita mampu membuat orang merasa semangat untuk hidup atau justru membunuh semangat hidup itu, keduanya bergantung dari bagaimana kita membawa diri kita.
Jadi biar kuceritakan suatu kisah di pagi hari yang cerah, dimana aku melangkahkan kaki ke kampus untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kepanitiaan sebuah acara seminar. Hari-hari sama yang sudah kujalani selama hampir satu bulan terakhir. Terasa statis karena aku harus duduk terdiam menjaga loket tiket dan menunggu sampai seseorang datang untuk membelinya. Waktu-waktu pagi yang begitu lekas berganti menjadi sore, lebih banyak kuhabiskan mengobrol dengan diri sendiri.
Di tengah-tengah keheningan itu, diam-diam masih pula kubawa peperangan pikiran yang kian berkecamuk di dalam diri. Namun, tentunya itu hanya menjadi rahasia yang kusimpan sendiri atau jika sudah habis segala pertimbangan justru berakhir menjadi tulisan di blog pribadiku. Kadang aku merasa diriku begitu payah dan tidak menarik karena menjadi biasa saja, sehingga berpikir itulah alasan mengapa aku selalu sendiri tanpa teman. Aku hanya bisa menghela napas sambil tersenyum kecil menerima kritik diri yang begitu pedas.
Bukankah kita semua mengalaminya?
Menemukan bahwa kritik terkejam datang dari diri sendiri.
Ketika rekan-rekanku asik mengobrol dengan karibnya, aku malah berada di dimensi lain di ruangan yang sama, yakni memperhatikan gerombolan anak kecil yang sedang bermain di lobby kampusku. Masa kecil yang mengasyikkan. Aku putuskan untuk menyaksikan kegembiraan mereka saja, berlari-larian, saling kejar, tawa lepas tergambar jelas di wajah mereka.
Aku tenggelam dalam suasana itu sampai satu suara menyela lamunanku.
Seseorang dengan selusin nasi kotak di kedua tangannya tiba-tiba berhenti di hadapanku dan berkata, "Mbak, nanti kalau anak kecilnya main di dekat lift marahi saja ya." Aku belum berhasil mendapatkan kesadaranku sepenuhnya, sehingga aku termenung melihat ke kiri dan kananku, menyadari tiada siapapun lagi melainkan aku lah orang yang dia ajak bicara saat itu. Namun, karena rasa terkejut yang menghampiri aku hanya mengangguk linglung. Haha, aku tertawa dalam hati.
Tolong jangan salah mengartikan ekspresiku yang mungkin terkesan datar saat itu, sebab jika boleh kukatakan dari dalam hati sesungguhnya aku sangat bergembira karena setelah berjam-jam akhirnya ada seseorang yang menyapa pribadi ini. Rasanya seperti siraman air di tanah yang gersang, sangat menyegarkan! Sapaan itu berhasil membantuku menjalani sisa hari dengan penuh sukacita.
Hingga saat ini, aku pun masih tersenyum seraya menuliskan cerita ini kepada kalian. Aku sangat ingin kalian memahami bagaimana sebuah sapaan kecil atau senyuman ramah dapat mengubah hari seseorang menjadi lebih baik.
Jadi, jika kita dapat memberi kebahagiaan pada seseorang dengan satu senyuman saja.. kenapa tidak kita lakukan? :)
Cheers!
Komentar
Posting Komentar